Burinaga House adalah toko online yang menjual pakaian bermerk dengan kualitas tinggi. Saat ini kami fokus pada koleksi pakaian anak dengan berbagai merk/brand terkenal baik merk luar maupun merk dalam negeri.
Kami melayani pembelian retail dan grosiran dengan harga yang
murah dan kualitas yang baik (A grade). Kami juga memberikan potongan harga/diskon khusus untuk pemesanan dengan
jumlah tertentu serta layanan pengiriman barang ke alamat pembeli.
Burinaga House adalah solusi tepat bagi ibu2 yang ingin mendandani putera-puterinya dengan pakaian berkualitas, nyaman dan pastinya dengan harga yang bersahabat dengan kantong.
Untuk pemesanan atau ada yang ditanyakan, silahkan hubungi salah satu kontak di bawah ini yaaa
HP : 08979307901
Pin BB : by request
Email : burinaga.house@gmail.com
Fans Page FB : klik di sini
Happy shopping mom.... ^^v
Selasa, 27 Mei 2014
FAQ
1. Bagaimana memperoleh info tentang produk-produk Burinaga House ?
Silakan melihat menu2 produk di web kami, atau melalui fans page FB dan BB grup( by request), Anda akan kami layani dengan ramah. Silahkan buka halaman CONTACT US untuk detail alamat dan nomor telepon kami.
2. Apa saja jenis pakaian yang dijual oleh Burinaga House ?
Untuk saat ini kami fokus pada pakaian bermerk, baik merk import, lokal, maupun merek luar sisa ekspor untuk anak-anak
3. Berapa jumlah pemesanan minimum?
Tidak ada minimum order. Namun semakin banyak pesanan Anda maka harga yang kami tawarkan akan semakin murah.(ada harga khusus untuk reseller dan dropshiper)
4. Apakah barang yang ditawarkan selalu ready stock?
Semua barang yang ada display selalu tersedia. barang kosong akan kami beri keterangan "SOLD OUT". Pemesanan ulang untuk barang yang sama tergantung supply dari supplayer.
5. Bagaimana cara memesan tanpa langsung datang ke outlet?
Anda bisa melakukan pemesanan secara online dan akan kami kirimkan melalui kurir (Tiki, JNE, Indah Kargo dsb). Biaya kirim akan dibebankan sesuai kuitansi dari jasa pengiriman.
6. Apakah memungkinkan bagi saya untuk membeli produk Burinaga House dan memperoleh keuntungan dengan menjual kembali?
Untuk yang ingin jadi reseller atau dropship, bisa menghubungi kami melalui online atau offline, ada harga khusus yang kami berikan untuk anda
Happy Shopping..... ^^v
Silakan melihat menu2 produk di web kami, atau melalui fans page FB dan BB grup( by request), Anda akan kami layani dengan ramah. Silahkan buka halaman CONTACT US untuk detail alamat dan nomor telepon kami.
2. Apa saja jenis pakaian yang dijual oleh Burinaga House ?
Untuk saat ini kami fokus pada pakaian bermerk, baik merk import, lokal, maupun merek luar sisa ekspor untuk anak-anak
3. Berapa jumlah pemesanan minimum?
Tidak ada minimum order. Namun semakin banyak pesanan Anda maka harga yang kami tawarkan akan semakin murah.(ada harga khusus untuk reseller dan dropshiper)
4. Apakah barang yang ditawarkan selalu ready stock?
Semua barang yang ada display selalu tersedia. barang kosong akan kami beri keterangan "SOLD OUT". Pemesanan ulang untuk barang yang sama tergantung supply dari supplayer.
5. Bagaimana cara memesan tanpa langsung datang ke outlet?
Anda bisa melakukan pemesanan secara online dan akan kami kirimkan melalui kurir (Tiki, JNE, Indah Kargo dsb). Biaya kirim akan dibebankan sesuai kuitansi dari jasa pengiriman.
6. Apakah memungkinkan bagi saya untuk membeli produk Burinaga House dan memperoleh keuntungan dengan menjual kembali?
Untuk yang ingin jadi reseller atau dropship, bisa menghubungi kami melalui online atau offline, ada harga khusus yang kami berikan untuk anda
Happy Shopping..... ^^v
Minggu, 25 Mei 2014
TIPS AGAR ANAK CERDAS SEJAK BAYI
Semua Mama pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi
tahukah Anda, 4 hal ini tidak hanya baik tapi juga dapat membuat anak lebih cerdas dan sehat sejak bayi?
Ayo Ma, Anda bisa mencetak sang juara!
1. Bicara dengan cerdas
Ajak bayi Anda bicara sesering mungkin
Menurut Dr.Jean Ashton –pengajar dan pemerhati pendidikan anak usia dini dari Universitas Sydey, Asutralia, mengajak bayi bicara bukan hanya terbatas pada memuji, mengeluarkan kata-kata lucu atau memanggil-manggil namanya.
“Ajak bayi Anda bicara dan belajar juga menjadi pendengar yang baik untuknya. Bayi mungkin belum bisa menjawab dengan kata-kata, namun mereka pandai merespon melalui ekspresinya. Respon ini yang perlu diperhatikan dan dihargai sebagai bentuk awal bayi belajar berkomunikasi dengan lingkungannya.”
Anda juga dapat mengajak bayi berbicara cerdas dengan memanggil namanya, menanyakan sesuatu, menjelaskan hal sesuai logika serta menggunakan kalimat lengkap.
2. Ikut bermain
Masih menurut Dr. Ashton, keterlibatan Mama saat anak bermain dapat megajarkan cara bermain yang seharusnya. Kegiatan ini juga akan membantu mempercepat proses belajar anak, mengembangkan potensi sosialnya, mengenali kemampuan atau bakat, minat, hingga kebutuhan emosionalnya.
3. Bacakan cerita
Tidak ada kata terlalu dini untuk mulai membacakan cerita untuk anak. Seperti yang dikatakan Dr.Rosmarie Truglio, seorang ahli pendidikan, “Membaca dapat menumbuhkan kecintaan anak pada buku, meningkatkan kemampuan kosakata serta membantu mengembangkan keterampilan berbahasa.”
Pilih buku-buku sederhana dengan gambar dan warna yang menarik agar anak dapat turut melihat dan memainkannya.
4. Bernyanyilah!
Pilih lagu yang memiliki syair berima, memiliki nada-nada atau bunyi-bunyi unik serta membuat Anda bergerak. Cicak-cicak di dinding, hap! Mudah, bukan? “Ini cara yang sangat menyenangkan untuk mengajak anak mempelajari beragam bunyi dan menamabah perbendaharaan kata. Anak juga akan terdorong untuk ikut bergerak dan bergembira.
Artikel di copy dari Majalah Parenting Indonesia
Ayo Ma, Anda bisa mencetak sang juara!
1. Bicara dengan cerdas
Ajak bayi Anda bicara sesering mungkin
Menurut Dr.Jean Ashton –pengajar dan pemerhati pendidikan anak usia dini dari Universitas Sydey, Asutralia, mengajak bayi bicara bukan hanya terbatas pada memuji, mengeluarkan kata-kata lucu atau memanggil-manggil namanya.
“Ajak bayi Anda bicara dan belajar juga menjadi pendengar yang baik untuknya. Bayi mungkin belum bisa menjawab dengan kata-kata, namun mereka pandai merespon melalui ekspresinya. Respon ini yang perlu diperhatikan dan dihargai sebagai bentuk awal bayi belajar berkomunikasi dengan lingkungannya.”
Anda juga dapat mengajak bayi berbicara cerdas dengan memanggil namanya, menanyakan sesuatu, menjelaskan hal sesuai logika serta menggunakan kalimat lengkap.
2. Ikut bermain
Masih menurut Dr. Ashton, keterlibatan Mama saat anak bermain dapat megajarkan cara bermain yang seharusnya. Kegiatan ini juga akan membantu mempercepat proses belajar anak, mengembangkan potensi sosialnya, mengenali kemampuan atau bakat, minat, hingga kebutuhan emosionalnya.
3. Bacakan cerita
Tidak ada kata terlalu dini untuk mulai membacakan cerita untuk anak. Seperti yang dikatakan Dr.Rosmarie Truglio, seorang ahli pendidikan, “Membaca dapat menumbuhkan kecintaan anak pada buku, meningkatkan kemampuan kosakata serta membantu mengembangkan keterampilan berbahasa.”
Pilih buku-buku sederhana dengan gambar dan warna yang menarik agar anak dapat turut melihat dan memainkannya.
4. Bernyanyilah!
Pilih lagu yang memiliki syair berima, memiliki nada-nada atau bunyi-bunyi unik serta membuat Anda bergerak. Cicak-cicak di dinding, hap! Mudah, bukan? “Ini cara yang sangat menyenangkan untuk mengajak anak mempelajari beragam bunyi dan menamabah perbendaharaan kata. Anak juga akan terdorong untuk ikut bergerak dan bergembira.
Artikel di copy dari Majalah Parenting Indonesia
Jumat, 23 Mei 2014
Latih Anak Disiplin Sejak Dini... ini caranya...
Hindari pemikiran bahwa anak masih terlalu kecil
mengenal disiplin. Disiplin perlu, lho, diterapkan sejak usia dini.
Mulai usia 1-2 tahun atau biasa disebut dengan masa toddler, anak butuh batasan dan lingkungan yang jelas strukturnya.
Di usia 1-2 tahun anak sedang ingin mencoba sejauh mana ia bisa menguasai, mengatur atau memanipulasi lingkungan sekitarnya. Jika tidak ada batasan, anak akan belajar melepas keinginan sesuka hati. Jadi percayalah bahwa batasan atau aturan itu perlu, bahkan sejak dini.
Anak perlu tahu, ada batasan yang tidak boleh ia lewati, ada aturan yang harus ia ikuti. Ini juga nanti akan berdampak ketika anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Dengan adanya aturan, anak juga akan merasakan adanya kepastian, dan ini akan memberikan rasa aman dan nyaman. Selain penerapan aturan konsisten, tentu diperlukan juga langkah-langkah disiplin lainnya yang pas untuk anak seusia ini. Berikut di antaranya:
- Time-out, prinsipnya adalah menghentikan atau mengeluarkan anak dari aktivitasnya karena perilaku kurang baik yang ia lakukan. Mengingat anak balita cenderung sulit diam, untuk kelancaran time-out Anda perlu menghentikan aktivitas Anda sendiri untuk menemani anak di sudut time-out selama waktu ditentukan.
Berapa lama? Waktu yang dianjurkan adalah satu menit untuk setiap tahun usia anak, misalnya 2 tahun, ya, 2 menit. Anak perlu merasakan time-out ini dengan diam di sudut dan tidak melakukan apa-apa. Temani anak dengan memunggunginya agar anak tidak merasa justru Anda menemani dan mengajaknya bermain. Lakukan ini secara konsisten dan anak pun akan mengerti konsep time-out ini.
Jangan lupa lakukan segera setelah perilaku negatif anak muncul. Anda juga bisa melakukan sebaliknya, misalnya anak membanting mainan sehingga rusak, Anda bisa memberikan time-out pada mainan tersebut artinya anak tidak boleh memainkan mainan tersebut selama waktu yang ditentukan.
- Pengalihan perhatian. Untuk anak yang masih sangat belia, terkadang lebih mudah menghentikan perilaku negatifnya dengan cara mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Misalnya, ketika anak ingin memegang barang elektronik yang dikhawatirkan akan berbahaya, alihkan perhatian anak ke hal lain seperti mainan favoritnya. Anda juga bisa membawa anak berjalan keluar sehingga ia lupa akan tujuan awalnya.
- Mengabaikan perilaku tantrum. Ini terkadang agak sulit dilakukan para orangtua mengingat tantrum pasti hadir dalam bentuk emosional sehingga orangtua juga bisa ikut terpancing emosinya. Kendati sulit, anak perlu belajar bahwa dia tidak bisa mendapatkan keinginan dengan cara tantrum.
- Memberikan ketegasan positif pada anak. Cara ini seringkali lebih efektif daripada memberikan hukuman terhadap perilaku negatif anak. Anak Anda sebenarnya sedang berusaha 'mendata' mana saja dari perilakunya yang mendapatkan perhatian dari Anda. Oleh karena itu, berikan perhatian berupa pujian ketika anak melakukan sesuatu positif, maka kelak perilaku ini juga akan cenderung diulang anak karena dia tahu Anda akan memberikan perhatian padanya.
di copy dari : Majalah Parenting Indonesia
Di usia 1-2 tahun anak sedang ingin mencoba sejauh mana ia bisa menguasai, mengatur atau memanipulasi lingkungan sekitarnya. Jika tidak ada batasan, anak akan belajar melepas keinginan sesuka hati. Jadi percayalah bahwa batasan atau aturan itu perlu, bahkan sejak dini.
Anak perlu tahu, ada batasan yang tidak boleh ia lewati, ada aturan yang harus ia ikuti. Ini juga nanti akan berdampak ketika anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Dengan adanya aturan, anak juga akan merasakan adanya kepastian, dan ini akan memberikan rasa aman dan nyaman. Selain penerapan aturan konsisten, tentu diperlukan juga langkah-langkah disiplin lainnya yang pas untuk anak seusia ini. Berikut di antaranya:
- Time-out, prinsipnya adalah menghentikan atau mengeluarkan anak dari aktivitasnya karena perilaku kurang baik yang ia lakukan. Mengingat anak balita cenderung sulit diam, untuk kelancaran time-out Anda perlu menghentikan aktivitas Anda sendiri untuk menemani anak di sudut time-out selama waktu ditentukan.
Berapa lama? Waktu yang dianjurkan adalah satu menit untuk setiap tahun usia anak, misalnya 2 tahun, ya, 2 menit. Anak perlu merasakan time-out ini dengan diam di sudut dan tidak melakukan apa-apa. Temani anak dengan memunggunginya agar anak tidak merasa justru Anda menemani dan mengajaknya bermain. Lakukan ini secara konsisten dan anak pun akan mengerti konsep time-out ini.
Jangan lupa lakukan segera setelah perilaku negatif anak muncul. Anda juga bisa melakukan sebaliknya, misalnya anak membanting mainan sehingga rusak, Anda bisa memberikan time-out pada mainan tersebut artinya anak tidak boleh memainkan mainan tersebut selama waktu yang ditentukan.
- Pengalihan perhatian. Untuk anak yang masih sangat belia, terkadang lebih mudah menghentikan perilaku negatifnya dengan cara mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Misalnya, ketika anak ingin memegang barang elektronik yang dikhawatirkan akan berbahaya, alihkan perhatian anak ke hal lain seperti mainan favoritnya. Anda juga bisa membawa anak berjalan keluar sehingga ia lupa akan tujuan awalnya.
- Mengabaikan perilaku tantrum. Ini terkadang agak sulit dilakukan para orangtua mengingat tantrum pasti hadir dalam bentuk emosional sehingga orangtua juga bisa ikut terpancing emosinya. Kendati sulit, anak perlu belajar bahwa dia tidak bisa mendapatkan keinginan dengan cara tantrum.
- Memberikan ketegasan positif pada anak. Cara ini seringkali lebih efektif daripada memberikan hukuman terhadap perilaku negatif anak. Anak Anda sebenarnya sedang berusaha 'mendata' mana saja dari perilakunya yang mendapatkan perhatian dari Anda. Oleh karena itu, berikan perhatian berupa pujian ketika anak melakukan sesuatu positif, maka kelak perilaku ini juga akan cenderung diulang anak karena dia tahu Anda akan memberikan perhatian padanya.
di copy dari : Majalah Parenting Indonesia
Senin, 12 Mei 2014
Bentuk Kepatuhan anak yuk mom...:)
Setiap
orang tua pastilah mendambakan anak-anak yang patuh dan mendengarkan
semua harapan dan keinginan mereka. Tapi di keseharian seringkali kita mendengar
orang tua mengeluh tentang anaknya yang masih balita begitu bandel,
sering tidak patuh dan bahkan melawan. Setelah masuk SD juga sulit
disuruh makan apalagi belajar, padahal itu untuk kepentingannya sendiri.
Sudah masuk SMP lebih membingungkan lagi, karena anak lebih menuruti
teman atau gurunya dibanding orang tua.
Anak sebenarnya tahu bahwa kita adalah orang tuanya. Mereka
juga tahu bahwa orang tua adalah orang yang berjasa mengasuh dan
membesarkan mereka . Hanya ada beberapa hal yang orang tua lakukan yang
membuat mereka kesulitan untuk mematuhi arahan orang-orang yang sangat
mereka cintai ini. Berikut ini beberapa hal tersebut :
1. Arahan yang kurang jelas
“Sana bereskan kamar dulu!”
Bagi anak, membereskan kamar itu belum terbayang apa saja yang harus dilakukan.
Memberikan
arahan kepada anak perlu kata-kata yang lebih jelas, misalnya “Adek,
bereskan kamarnya dulu ya…Seprei kasurnya pasang dan rapihkan kembali,
bantal simpan di sisi ujung. Buku tata kembali ke dalam rak. Mainan
masukkan lagi ke kotak lalu simpan di lemari. Sapu kemudian pel
lantainya.”
2. Arahan yang sulit dikerjakan
Tugas yang sulit akan membuat anak tidak dapat melakukan dan terkesan tidak patuh.
Pastikan
kita memberikan perintah yang sanggup dikerjakan oleh anak.
Bagaimanapun di dalam rumah, orang tua adalah pembimbing anak. Orang tua
yang mengarahkan anak untuk bisa melakukan satu demi satu keterampilan,
dan sedikit demi sedikit sampai mereka mampu.
3. Arahan yang penyampaiannya memancing anak untuk mengatakan tidak
Pemilihan
kata dan nada suara yang cenderung menekan, merendahkan, memarahi,
membanding-bandingkan, dan sebagainya cenderung membangkitkan sistem
otak reptil yang aktif bila tubuh merasa diancam. Bila otak reptil anak
aktif, maka anak melakukan perlawanan terhadap orang tua dengan
mengatakan tidak, atau bentuk lain misalnya dengan lelet.
4. Penggunaan kata jangan dan tidak yang kurang tepat
Pernah
mungkin di keseharian kita menemukan anak ketika semakin dilarang malah
semakin melakukan larangan. “Jangan berantakan, ya!”, eh malah
berantakan. Mengapa begitu? Karena menurut kaidah bawah sadar, sebuah
pernyataan negatif mengandung makna positif. (Hakim, 2010).
Kata
jangan dan tidak merupakan dua kata negasi yang harus hati-hati
penggunaannya. Kedua kata bisa digunakan hanya pada kasus melarang
sesuatu yang benar-benar berbahaya bila dilakukan, misalnya : “Adek,
Tidak boleh memegang pisau ya!”. Karena ini adalah sesuatu yang penting,
maka dalam menyampaikan pun pastikan sungguh-sungguh dan serius
sehingga anak benar-benar mendengarkan dan menangkap arahan kita.
Kemudian
bila ada yang mempertanyakan apakah nanti si anak jadi takut memegang
pisau karena kita larang, tentu arahan kita tidak semata-mata larangan
tadi. Di waktu lain kita akan memberikan pemahaman tentang mengapa ia
tidak boleh memenga pisau, kemudian kapan dia boleh belajar memegang,
dan bahwa untuk memegang pisau anak harus ditemani orang dewasa dulu,
dsb.
“Jangan
buka pintu kalau kakak tidak mengenal orangnya. “. Ini adalah contoh
lain penggunaan kata negatif. Dengan membiasakan penggunakan kata negasi
hanya untuk yang berbahaya, tentunya itu juga membantu anak untuk
membedakan mana yang merupakan area aman, dan mana yang berbahaya.
Sedangkan untuk arahan hal-hal selain yang membahayakan perlu berlatih untuk menggunakan kata positif, contoh :
a. “Jangan malas membereskan rumah!”, kita ubah menjadi “Yuk kita setiap pagi bekerja sama membereskan rumah!”
b. “Tidak
boleh mencoret dinding.”, kita ubah menjadi “Yang mau menggambar, Bunda
sediakan kertas dan papan khusus untuk dicoret-coret.”
5. Orang tua masih jarang mendengarkan anak dengan sungguh-sungguh
Ingin
anak mendengarkan kita, maka muncul pertanyaan apakah kita suka
mendengarkan mereka? Bukan hanya sekedar memasang telinga, tapi menaruh
perhatian pada berbagai hal yang mereka sampaikan. Misalnya ketika
mereka bertanya apakah kita sambil sibuk hanya menjawab tanpa menengok,
ataukah kita selalu berusaha merespon dengan sepenuh hati. Bila ingin
anak patuh, mulai dari melatih mereka untuk mendengarkan arahan orang
tua.
6. Orang tua dimusuhi anak
Bila
kita masih sering marah-marah atau menyuruh-nyuruh dengan tidak
menyenangkan, tak heran bila anak tidak nyaman bahkan memusuhi. Ketika
kita dimusuhi, jangankan mendekat dan mendengarkan, yang ada mereka
senang bila orang tua tidak ada. Ketika kita menyuruh pun mereka sengaja
justru melakukan sebaliknya.
7. Anak merasa tidak dicintai
Energi
cinta adalah sebuah energi yang mendorong seseorang untuk melakukan
berbagai kebaikan kepada orang yang memberikannya. Merasa tidak dicintai
membuat seorang anak kurang energi untuk melakukan berbagai hal yang
diminta orang tua. Tapi silakan coba memberikan perhatian ke anak dengan
menggunakan berbagai bahasa cinta, lihatlah betapa mereka begitu lebih
bersemangat menjalankan arahan yang diberikan. Contoh bahasa cinta :
Menyentuh, mengusap kepala, menatap mata dengan lembut, mengucapkan kata
sayang, memberi hadiah, mendengarkan, dan sebagainya.
8. Kurang apresiasi
Berkali
sebagian orang tua lupa. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua
berkomentar. Tapi ketika mereka melakukan sesuai arahan, apresiasi tak
diberikan. Akhirnya anak merasa rendah diri dan berpikir “Kok, Aku salah
terus ya”. Supaya mereka semakin bersemangat melakukan arahan, pastikan
orang tua pun rajin mengapresiasi. Misalnya :”Alhamdulillah, hari ini
Bunda lihat kamarnya lebih rapih”.
9. Perilaku orang tua tidak sesuai dengan arahan
Melarang
anak merokok, tapi orang tua merokok. Melarang anak buang sampah
sembarangan, tapi orang tua melempar saja sampah ke luar mobil. Anak
belajar dari orang tuanya. Jadi bila ingin lebih mudah membuat anak
menurut, pastikan kita sesuai dengan arahan yang diberikan.
10. Tidak konsisten
“Boleh
berangkat sekolah kalau makannya sudah selesai ya.”. Karena anak-anak
tidak selesai makan juga sedangkan ayah bunda sudah harus berangkat,
akhirnya Bunda berkata “Duh, waktunya sudah mepet. Ya udah, berangkat
saja dulu. Lain kali harus habis ya”. Ini adalah sebuah contoh
ketidakkonsistenan yang membuat anak di keesokan harinya sulit untuk
menyelesaikan makannya di pagi hari.
Membuat
anak patuh, perlu menggunakan pendekatan dan cara yang benar. Bila ada
hal-hal yang membuat anak menjadi tidak patuh, maka perlu sekali kita
mengintrospeksi diri karena perilaku anak adalah hasil dari bimbingan
orang tua. Memperbaiki cara membimbing dan menghindari hal-hal yang
membuat anak sulit patuh, merupakan tanggung jawab orang tua agar anak
bisa menjadi anak yang sholeh yang taat pada orang tuanya. ZHRP
di copy dari : rumah parenting.com
Langganan:
Postingan (Atom)